Ilmu nahwu dan ilmu shorof diciptakan bertujuan menjaga kesalahan lisan dalam mengucapkan kalam arab serta sebagai penghantar memahami ilmu-ilmu agama islam seperti ilmu fiqh ,ilmu tauhid , ilmu tashowwuf, terlebih untuk memahami kandungan makna al-Qur'an dan al-hadits kitab " Qowaidul l'rob" merupakan adi karya luhur Syekh Yusuf bin Abdul Qodir al Barnawi yang memuat kaedah-kaedah dalam menerangkan l'rob, yang merupakan salah satu cabang dari ilmu Nahwu yang harus di pelajari oleh para santri supaya dapat memahami secara benar al Qur'an dan Hadits , * dan terhindar dari kesalahan dalam lafadz al Qur'an sebagaimana sabda Nabi dan atsar para sahabat.
أعربوا الكلام كي تعربوا القرأن
“I'rob-lah kalam supaya kalian bisa mengi'rob aI Quran”
Sayyidina Umar al Khottob berkata ;
لأن إعراب أية من القرأن أحب إلي من أن أحفظ أية بلا إعراب
"Sesungguhnya mengi'robi satu ayat saja dari a!Qur‘an itu lebih kusukai dari pada aku hafal satu ayat tanpa dengan i'rob”
Kitab Maqosidu Qowaidul l'rob ini akan menghantarkan memahami kitab qowaidul i'rob secara mendetail dan menyeluruh karena disertai dengan penjelasan-penjelasan dariberbagai kitab syarah seperti Kifayatul Ashhab, Kawakib ad Durriyah , Tashil Nailil Amani , Mughni Labib,, Nadhom Alfiyyah Ibnu Malik, Ibnu 'Aqil, Jami'ud Durus al 'Arobiyyah, al Asymuni Syarh al Fiyah Ibnu Malik, Mutamimah alJurumiyyah, Mukhtashor Jiddan Al Ajurumi-yyah, Faroid an Nahw al Wasimah dan lain-lain.Dengan melihat hal tersebut penguasaan pokok-pokok dan tujuan kaidah-kaidah i'rob (Maqosidu Qowaidul l'rob ) mutlaq diperlukan, karena menguasainya secara mendetail merupakan kunci dan syarat untuk dapat mengkaji ajaran islam secara luas dan mendalam bagaikan lautan .
(الجمل وأقسامها)
وَسَمِّ بِاْلكَلاَمِ وَاْلجُمْلَةِ مَا # اَفَادَ وَالثَّانِى اَعَمُّ فَاعْلَمَا
اِسْمِيَةٌ فِعْلِيَةٌ ظَرْفِيَةْ # وَذَاتُ وَجْهَيْنِ وَزِدْ شَرْطِيَّةْ
فَاِنْ تَكُنْ فِى ضِمْنِ اُخْرَى صُغْرَى # وَاِنْ تَكُنْ فِى ضِمْنِهَا فَكُبْرَى
JUMLAH DAN PEMBAGIANNYA
Berilah nama kalam dan jumlah pada lafad yang berfaidah. Untuk yang kedua adalah lebih umum. Maka perlu engkau ketahui.
»Kata “kalam” dalam istilah nahwu sama dengan “kalimat” dalam bahasa Indonesia. Kalam adalah lafad yang tersusun yang bisa memberi berfaidah kepada orang yang diajak bicara. Maka kalam itu harus tersusun baik berupa mubtada’ khobar, fi’il fa’il, fi’il dan naibul fail atau syarat dan jawab. Pada intinya kalam bisa dikatakan jumlah. Akan tetapi keberadaan jumlah itu lebih umum dari pada kalam.
»Definisi jumlah adalah lafad yang tersusun baik itu berfaidah ataupun tidak.
Kalam: "إِِنْ قَامَ زََيْدٌٌ قَامَ عَمْرٌٌو" Artinya: Jika Zaid berdiri maka ‘amr juga berdiri
Jumlah: "إِِنْ قَامَ زَيْدٌ" Artinya: Jika Zaid berdiri
Ada jumlah ismiyah, fi’liyah, zdorfiyah, dzatu wajhain, dan syartiyah
Jumlah dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
*Ismiyah: adalah jumlah yang dimulai dengan kalimat isim. Baik berupa isim soreh (صََرِيْحٌ) maupun mu’awal (مُُؤَوَّلٌٌ)
Isim shoreh adalah lafad yang jelas akan bentuk dan tanda-tanda isimnya. Contoh: زَيْدٌ قَائِمٌ (Zaid berdiri)
Mu'awwal adalah lafad fi’il yang mengira-ngirakan makna isim (masdar) didalam kedudukannya dalam kalimat.
Contoh: وَأَنْْ تَصُوْمواُ خَيْرٌ لََكُمْْ (Puasa adalah lebih baik bagimu)
Fi’liyah: adalah jumlah yang dimulai dengan kalimat fi’il.
Contoh: قَامَ زَََيْدٌٌ (Zaid telah berdiri)
Dzorfiyah: adalah jumlah yang dimulai dengan zhorof atau jer majrur.
Contoh: zdorof اَعِنْدَكَ زَيْدٌ(Apakah Zaid disampingmu)
Jer majrur اَفِى الدَّارِ زَيْدٌ (Apakah Zaid di rumah)
Dengan syarat lafadl zaidun (زَيْد) menjadi fa’il zhorof dan jer majrur tanpa mengira-ngirakan lafad yang dibuang berupa mubtada’ dan khobar.
Dzatu wajhain: adalah jumlah yang dimulai dengan jer majrur dan zhorof serta lafad sesudahnya menjadi fa’il dengan mengira-ngirakan lafal yang dirofa’kan dan dibuang (mu’allaq) yang bisa berupa fi’il atau isim. Jika berupa fi’il maka berupa jumlah fi’liyah dan jika berupa isim maka berupa jumlah ismiyah.
Contoh: Zdorof اَعِنْدَكَ زَيْدٌ(Apakah Zaid disampingmu).
Taqdirnya adalah أَمُسْتَقِرٌّ عِنْدَكَ زَيْدٌ
Jer majrur اَفِى الدَّارِ زَيْدٌ (Apakah Zaid di rumah)
Taqdirnya adalah اَاِسْتَقَرَّفِىالدَّارِ زَيْدٌ
Syartiyah: adalah jumlah yang berlaku menjadi fi’il syarat.
Contoh: اِنْ قَامَ زَيْدٌ قَامَ عَمْرٌو(Jika Zaid berdiri maka ‘Amr juga berdiri)
Jika jumlah itu tersimpan pada jumlah lain maka disebut jumlah sugro dan jika jumlah tersebut berada dalam jumlah itu sendiri naka disebut jumlah kubro.
Setelah diketahui bahwa jumlah itu secara garis beasar terdiri dari jumlah ismiyah dan fi’liyah, maka perlu diketahui bahwa ada pembagian jumlah yang berupa jumlah sugro dan jumlah kubro.
Jumlah sugro adalah jumlah yang yang tersimpan pada jumlah yang lain.
Contoh: زَيْدٌ قَامَ أَبُوْهُ lafad yang digaris bawah disebut dengan jumlah sugro
Jumlah kubro adalah jumlah yang di dalamnya menyimpan jumlah lain.
Contoh: زَيْدٌ قَامَ أَبُوْهُ lafad yang digaris bawah disebut dengan jumlah kubro
Keterangan:
Jumlah sugro dibagi menjadi 2, yaitu ismiyah dan fi’liyah.
Ismiyah: apabila ada jumlah sugro berkedudukan sebagai mubtada’ dan khobar. Contoh: زَيْدٌ أَبُوْه قَائِمٌٌ
Fi’liyah: apabila ada jumlah sugro berkedudukan sebagai fi’il dan fa’il. Contoh: زَيْدٌ قَامَ أَبُوْه
Jumlah kubro dibagi menjadi 2, yaitu kubro dzaru wajhin dan kubro dzatu wajhain.
Kubro dzatu wajhin adalah apabila ada jumlah kubro berupa jumlah ismiyah maka jumlah sugronya berupa jumlah ismiyah dan begitu juga sebaliknya. Contoh: زَيْدٌ أَبُوْه قَائِمٌٌ (إسمية+إسمية)
ظَنَنْتُ زَيْداًً يَقُوْمُ أَبُوْهُ (فعليية+فعليية)
Kubro dzatu wajhain adalah apabila ada jumlah kubro berupa jumlah ismiyah maka sumlah sugronya bisa berupa jumlah ismiyah dan fi’liyah, begitu juga sebaliknya.
Contoh: زَيْدٌ قَامَ أَبُوْه (إسمية+فعليية)
ظَنَنْتُ زَيْداًً أَبُوْه قَائِمٌ (فعليية+إسمية)
الإعـــــراب
إِِنْ قَامَ زََيْدٌٌ قَامَ عَمْرٌٌو
(ان) حرف شرط وجزم (قام) فعل ماضى مبني على الفتح (زيد) فاعله مرفوع وعلامة رفعه ضمة
ظاهرة فى أخره لأنه اسم مفرد (قام) فعل ماضى مبني على الفتح (عمرو) فاعله مرفوع وعلامة
رفعه ضمة ظاهرة فى أخره لأنه اسم مفرد والجملة من الفعل والفاعل فى لا محللها من الاعراب
لانها جواب شرط والجملة من الشرط وجوابه لا محل لهامن الاعراب لانها جملة إبتدائية
زَيْدٌ قَائِمٌ
(زيد) مبتدأ مرفوع وعلامة رفعه ضمة ظاهرة فى اخره لانه اسم مفرد (قائم) خبره مرفوع وعلامة
رفعه ضمة ظاهرة فى اخره لانه اسم مفرد والجملة من المبتدإ والخبر لا محل لهامن الاعراب لانها
جملة إبتدائية
وَأَنْْ تَصُوْمواُ خَيْرٌ لََكُمْْ
(الواو)حرف عطف (َأَنْْ)حرف نصب ومصدرى (تَصُوْمُوا) فعل مضارع منصوب بان وعلامة نصبه
حذف النون لانه من الافعال الخمسة (الواو) ضير متصل مبني على السكون فى محل رفع فاعله
(الالف) فارقة بين واو الجمع وواو العطف وان ومدخولها فى تأويل المصدر تقديره صيامكم وهو
مبتدأ (خَيْرٌ) خبره مرفوع وعلامة رفعه ضمة ظاهرة فى اخره لانه اسم مفرد (اللامَ) حرف جر مبني
على الفتح (كُمْ) الكاف ضمير متصل مبنى على الضم فى محل جر مجرور باللام والجار والمجرور
متعلق بخير والجملة من المبتدأ والخبر لا محل لهامن الاعراب لانها جملة إبتدائية
اََفِى الدَّارِ زَيْدٌ
(الالف)حرف إستفهام مبني على الفتح (َفِى) حرف جر مبني على السكون (الدَّار) اسم مجرور بفى
وعلامة جره كسرة ظاهرة فى اخره لانه اسم مفرد الجار والمجرور متعلق بمحذوف تقديره كائن او
مستقروهو خبر مقدم (زَيْد) مبتدا مأخر مرفوع وعلامة رفعه ضمة ظاهرة فى اخره لانه اسم مفرد
والجملة من المبتدأ والخبر لا محل لهامن الاعراب لانها جملة إبتدائية
اَعِنْدَكَ زَيْدٌ
(الالف) حرف إستفهام مبني على الفتح (َعِنْد) ظرف زمان مبنى على الفتح(الكاف) الكاف ضمير
متصل مبنى على الفتح فى محل جر مجرور بعند ظرف و مظروف متعلق بمحذوف تقديره كائن او
مستقروهو خبر مقدم (زَيْد)ٌ مبتدا مأخر مرفوع وعلامة رفعه ضمة ظاهرة فى اخره لانه اسم مفرد
والجملة من المبتدأ والخبر لا محل لهامن الاعراب لانها جملة إبتدائية
زَيْدٌ قَامَ أَبُوْه
(زَيْد)ٌ مبتدأ مرفوع وعلامة رفعه ضمة ظاهرة فى اخره لانه اسم مفرد (قَامَ) ) فعل ماضى مبني
(على الفتح (أَبُوْهُ) فاعله مرفوع وعلامة رفعه الواو لأنه من الاسماء الستة (أَبُو) مضاف (الهاء)
ضمير متصل مبنى على الضم فى محل جرمضاف اليه والجملة من الفعل والفاعل فى محل رفع
خبر والجملة من المبتدأ والخبرلا محل لها من الاعراب لانها جملة إبتدائية
أعربوا الكلام كي تعربوا القرأن
“I'rob-lah kalam supaya kalian bisa mengi'rob aI Quran”
Sayyidina Umar al Khottob berkata ;
لأن إعراب أية من القرأن أحب إلي من أن أحفظ أية بلا إعراب
"Sesungguhnya mengi'robi satu ayat saja dari a!Qur‘an itu lebih kusukai dari pada aku hafal satu ayat tanpa dengan i'rob”
Kitab Maqosidu Qowaidul l'rob ini akan menghantarkan memahami kitab qowaidul i'rob secara mendetail dan menyeluruh karena disertai dengan penjelasan-penjelasan dariberbagai kitab syarah seperti Kifayatul Ashhab, Kawakib ad Durriyah , Tashil Nailil Amani , Mughni Labib,, Nadhom Alfiyyah Ibnu Malik, Ibnu 'Aqil, Jami'ud Durus al 'Arobiyyah, al Asymuni Syarh al Fiyah Ibnu Malik, Mutamimah alJurumiyyah, Mukhtashor Jiddan Al Ajurumi-yyah, Faroid an Nahw al Wasimah dan lain-lain.Dengan melihat hal tersebut penguasaan pokok-pokok dan tujuan kaidah-kaidah i'rob (Maqosidu Qowaidul l'rob ) mutlaq diperlukan, karena menguasainya secara mendetail merupakan kunci dan syarat untuk dapat mengkaji ajaran islam secara luas dan mendalam bagaikan lautan .
(الجمل وأقسامها)
وَسَمِّ بِاْلكَلاَمِ وَاْلجُمْلَةِ مَا # اَفَادَ وَالثَّانِى اَعَمُّ فَاعْلَمَا
اِسْمِيَةٌ فِعْلِيَةٌ ظَرْفِيَةْ # وَذَاتُ وَجْهَيْنِ وَزِدْ شَرْطِيَّةْ
فَاِنْ تَكُنْ فِى ضِمْنِ اُخْرَى صُغْرَى # وَاِنْ تَكُنْ فِى ضِمْنِهَا فَكُبْرَى
JUMLAH DAN PEMBAGIANNYA
Berilah nama kalam dan jumlah pada lafad yang berfaidah. Untuk yang kedua adalah lebih umum. Maka perlu engkau ketahui.
»Kata “kalam” dalam istilah nahwu sama dengan “kalimat” dalam bahasa Indonesia. Kalam adalah lafad yang tersusun yang bisa memberi berfaidah kepada orang yang diajak bicara. Maka kalam itu harus tersusun baik berupa mubtada’ khobar, fi’il fa’il, fi’il dan naibul fail atau syarat dan jawab. Pada intinya kalam bisa dikatakan jumlah. Akan tetapi keberadaan jumlah itu lebih umum dari pada kalam.
»Definisi jumlah adalah lafad yang tersusun baik itu berfaidah ataupun tidak.
Kalam: "إِِنْ قَامَ زََيْدٌٌ قَامَ عَمْرٌٌو" Artinya: Jika Zaid berdiri maka ‘amr juga berdiri
Jumlah: "إِِنْ قَامَ زَيْدٌ" Artinya: Jika Zaid berdiri
Ada jumlah ismiyah, fi’liyah, zdorfiyah, dzatu wajhain, dan syartiyah
Jumlah dibagi menjadi lima bagian, yaitu:
*Ismiyah: adalah jumlah yang dimulai dengan kalimat isim. Baik berupa isim soreh (صََرِيْحٌ) maupun mu’awal (مُُؤَوَّلٌٌ)
Isim shoreh adalah lafad yang jelas akan bentuk dan tanda-tanda isimnya. Contoh: زَيْدٌ قَائِمٌ (Zaid berdiri)
Mu'awwal adalah lafad fi’il yang mengira-ngirakan makna isim (masdar) didalam kedudukannya dalam kalimat.
Contoh: وَأَنْْ تَصُوْمواُ خَيْرٌ لََكُمْْ (Puasa adalah lebih baik bagimu)
Fi’liyah: adalah jumlah yang dimulai dengan kalimat fi’il.
Contoh: قَامَ زَََيْدٌٌ (Zaid telah berdiri)
Dzorfiyah: adalah jumlah yang dimulai dengan zhorof atau jer majrur.
Contoh: zdorof اَعِنْدَكَ زَيْدٌ(Apakah Zaid disampingmu)
Jer majrur اَفِى الدَّارِ زَيْدٌ (Apakah Zaid di rumah)
Dengan syarat lafadl zaidun (زَيْد) menjadi fa’il zhorof dan jer majrur tanpa mengira-ngirakan lafad yang dibuang berupa mubtada’ dan khobar.
Dzatu wajhain: adalah jumlah yang dimulai dengan jer majrur dan zhorof serta lafad sesudahnya menjadi fa’il dengan mengira-ngirakan lafal yang dirofa’kan dan dibuang (mu’allaq) yang bisa berupa fi’il atau isim. Jika berupa fi’il maka berupa jumlah fi’liyah dan jika berupa isim maka berupa jumlah ismiyah.
Contoh: Zdorof اَعِنْدَكَ زَيْدٌ(Apakah Zaid disampingmu).
Taqdirnya adalah أَمُسْتَقِرٌّ عِنْدَكَ زَيْدٌ
Jer majrur اَفِى الدَّارِ زَيْدٌ (Apakah Zaid di rumah)
Taqdirnya adalah اَاِسْتَقَرَّفِىالدَّارِ زَيْدٌ
Syartiyah: adalah jumlah yang berlaku menjadi fi’il syarat.
Contoh: اِنْ قَامَ زَيْدٌ قَامَ عَمْرٌو(Jika Zaid berdiri maka ‘Amr juga berdiri)
Jika jumlah itu tersimpan pada jumlah lain maka disebut jumlah sugro dan jika jumlah tersebut berada dalam jumlah itu sendiri naka disebut jumlah kubro.
Setelah diketahui bahwa jumlah itu secara garis beasar terdiri dari jumlah ismiyah dan fi’liyah, maka perlu diketahui bahwa ada pembagian jumlah yang berupa jumlah sugro dan jumlah kubro.
Jumlah sugro adalah jumlah yang yang tersimpan pada jumlah yang lain.
Contoh: زَيْدٌ قَامَ أَبُوْهُ lafad yang digaris bawah disebut dengan jumlah sugro
Jumlah kubro adalah jumlah yang di dalamnya menyimpan jumlah lain.
Contoh: زَيْدٌ قَامَ أَبُوْهُ lafad yang digaris bawah disebut dengan jumlah kubro
Keterangan:
Jumlah sugro dibagi menjadi 2, yaitu ismiyah dan fi’liyah.
Ismiyah: apabila ada jumlah sugro berkedudukan sebagai mubtada’ dan khobar. Contoh: زَيْدٌ أَبُوْه قَائِمٌٌ
Fi’liyah: apabila ada jumlah sugro berkedudukan sebagai fi’il dan fa’il. Contoh: زَيْدٌ قَامَ أَبُوْه
Jumlah kubro dibagi menjadi 2, yaitu kubro dzaru wajhin dan kubro dzatu wajhain.
Kubro dzatu wajhin adalah apabila ada jumlah kubro berupa jumlah ismiyah maka jumlah sugronya berupa jumlah ismiyah dan begitu juga sebaliknya. Contoh: زَيْدٌ أَبُوْه قَائِمٌٌ (إسمية+إسمية)
ظَنَنْتُ زَيْداًً يَقُوْمُ أَبُوْهُ (فعليية+فعليية)
Kubro dzatu wajhain adalah apabila ada jumlah kubro berupa jumlah ismiyah maka sumlah sugronya bisa berupa jumlah ismiyah dan fi’liyah, begitu juga sebaliknya.
Contoh: زَيْدٌ قَامَ أَبُوْه (إسمية+فعليية)
ظَنَنْتُ زَيْداًً أَبُوْه قَائِمٌ (فعليية+إسمية)
الإعـــــراب
إِِنْ قَامَ زََيْدٌٌ قَامَ عَمْرٌٌو
(ان) حرف شرط وجزم (قام) فعل ماضى مبني على الفتح (زيد) فاعله مرفوع وعلامة رفعه ضمة
ظاهرة فى أخره لأنه اسم مفرد (قام) فعل ماضى مبني على الفتح (عمرو) فاعله مرفوع وعلامة
رفعه ضمة ظاهرة فى أخره لأنه اسم مفرد والجملة من الفعل والفاعل فى لا محللها من الاعراب
لانها جواب شرط والجملة من الشرط وجوابه لا محل لهامن الاعراب لانها جملة إبتدائية
زَيْدٌ قَائِمٌ
(زيد) مبتدأ مرفوع وعلامة رفعه ضمة ظاهرة فى اخره لانه اسم مفرد (قائم) خبره مرفوع وعلامة
رفعه ضمة ظاهرة فى اخره لانه اسم مفرد والجملة من المبتدإ والخبر لا محل لهامن الاعراب لانها
جملة إبتدائية
وَأَنْْ تَصُوْمواُ خَيْرٌ لََكُمْْ
(الواو)حرف عطف (َأَنْْ)حرف نصب ومصدرى (تَصُوْمُوا) فعل مضارع منصوب بان وعلامة نصبه
حذف النون لانه من الافعال الخمسة (الواو) ضير متصل مبني على السكون فى محل رفع فاعله
(الالف) فارقة بين واو الجمع وواو العطف وان ومدخولها فى تأويل المصدر تقديره صيامكم وهو
مبتدأ (خَيْرٌ) خبره مرفوع وعلامة رفعه ضمة ظاهرة فى اخره لانه اسم مفرد (اللامَ) حرف جر مبني
على الفتح (كُمْ) الكاف ضمير متصل مبنى على الضم فى محل جر مجرور باللام والجار والمجرور
متعلق بخير والجملة من المبتدأ والخبر لا محل لهامن الاعراب لانها جملة إبتدائية
اََفِى الدَّارِ زَيْدٌ
(الالف)حرف إستفهام مبني على الفتح (َفِى) حرف جر مبني على السكون (الدَّار) اسم مجرور بفى
وعلامة جره كسرة ظاهرة فى اخره لانه اسم مفرد الجار والمجرور متعلق بمحذوف تقديره كائن او
مستقروهو خبر مقدم (زَيْد) مبتدا مأخر مرفوع وعلامة رفعه ضمة ظاهرة فى اخره لانه اسم مفرد
والجملة من المبتدأ والخبر لا محل لهامن الاعراب لانها جملة إبتدائية
اَعِنْدَكَ زَيْدٌ
(الالف) حرف إستفهام مبني على الفتح (َعِنْد) ظرف زمان مبنى على الفتح(الكاف) الكاف ضمير
متصل مبنى على الفتح فى محل جر مجرور بعند ظرف و مظروف متعلق بمحذوف تقديره كائن او
مستقروهو خبر مقدم (زَيْد)ٌ مبتدا مأخر مرفوع وعلامة رفعه ضمة ظاهرة فى اخره لانه اسم مفرد
والجملة من المبتدأ والخبر لا محل لهامن الاعراب لانها جملة إبتدائية
زَيْدٌ قَامَ أَبُوْه
(زَيْد)ٌ مبتدأ مرفوع وعلامة رفعه ضمة ظاهرة فى اخره لانه اسم مفرد (قَامَ) ) فعل ماضى مبني
(على الفتح (أَبُوْهُ) فاعله مرفوع وعلامة رفعه الواو لأنه من الاسماء الستة (أَبُو) مضاف (الهاء)
ضمير متصل مبنى على الضم فى محل جرمضاف اليه والجملة من الفعل والفاعل فى محل رفع
خبر والجملة من المبتدأ والخبرلا محل لها من الاعراب لانها جملة إبتدائية
Komentar
Posting Komentar
terimakasih banyak...!
mohon kritik dan saran:
di sini